Cerita Mistis di Gunung Latimojong

kisahmitosdunia - Gunung Latimojong yang terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan merupakan salah satu gunung yang masuk kedalam jajaran 7 puncak tertinggi di Indonesia atau dikenal dengan sebutan 7 summits.Selain memiliki pesona hutan lumutnya yang indah, rupanya Gunung Latimojong memiliki cerita mistis loh. Seperti dikisahkan oleh Dewi Anggraini Nurfadilah melalui akun instagram-nya @dewianurfadilah.

Dia bercerita bahwa waktu melakukan pendakian ke atap Sulawesi tersebut, dirinya mengalami kejadian mistis yang bikin bulu kuduknya berdiri. Saat itu dia bersama dengan teman-temannya melakukan pendakian pada 21 Desember 2018 lalu. Adapun kejadian mistis terjadi di Pos 5 yang menurut info yang dia dapatkan bahwa di pos tersebut cukup angker.









Kejadian berawal dari ketika mendirikan tenda di Pos 5, saat itu hujan dari siang. Dan saat tenda sudah mulai berdiri, dia dan teman-temannya masuk ke tenda untuk ganti baju yang sudah basah dari siang karena kehujanan.Dia menceritakan bahwa kejadian mistis pertama yaitu ketika dia minta anter teman untuk buang air kecil (pipis), yang jaraknya tidak jauh dari tenda.

“Teman gua nunggu di depan gua dengan jarak 10 langkah, sedangkan sekeliling gua hutan dan pas gua lagi pipis gua nengok ke sebelah kanan tepat jarak 5 langkah ‘sosok hitam’ berdiri tepat di samping gua, seketika pipis gua terhenti lalu bersih-bersih dan ngacir ke tenda, pas ditenda gua baru cerita ke teman gua tentang kejadian yang baru gua alami,” kisah wanita yang disapa Dewi itu.Lalu, lanjut dia, kejadian kedua yaitu ketika dirinya berdua dengan temannya turun ke tenda di pos 5 setelah summit sekira jam 1 siang, dan saat itu di area camp pos 5 cuma ada dia dan temannya.

“Karena turun duluan untuk masak, pas lagi buka sepatu di depan tenda tiba-tiba dari pohon-pohon di belakang tenda, gua liat sosok putih lari dari 1 pohon ke pohon lain kaya lagi main petak umpet, tapi karena kejadiannya siang jadi ya gua cuek aja, dan kejadian itu terulang lagi di pohon depan tenda pas gua lagi masak, dan sekali lagi gua hanya menghela nafas lalu cuek lanjut masak,” terangnya.Pada kejadian ketiga, yaitu sekira pukul 6 pas menjelang maghrib. Dia dan tiga temannya lagi ngobrol di depan tenda dengan suasana hujan sembari menunggu pukul 7 malam dan juga hujan reda untuk perjalanan turun.

“Dan mungkin pada saat itu gua satu-satunya orang yang ngotot mau turun ke basecamp malam itu juga, tapi lagi dan lagi gua liat sosok putih berdiri 100 meter di pepohonan, karena saking takutnya gua yang awalnya lagi ngobrol tiba-tiba pamit tidur dan 5 menit kemudian bangun sambil nangis-nangis dan bilang gak mau plg malam itu,” cerita dia.Dia mengatakan bahwa tidak mau pulang malam itu juga karena gak sanggup bayangin perjalanan turun ke basecamp di tengah rintik hujan, medan yang berat serta pikiran yang sudah mulai ngaco, dan akhirnya kita semua sepakat buat turun jam 4 atau 5 subuh. Setelah itu, kata dia, salah satu temannya masuk kedalam tenda untuk coba menenangkan dirinya, kemudian dia pun mencoba untuk tidur dengan SB-nya.

“Gua bilang ke teman gua ‘tangannya diem2’ (karena yang gua tau, kaki gua lagi di empok-empok sama dia) dan teman gua jawab ‘hah apaan si orang tangan gua lagi diem-diem’ dan gak banyak ngomong gua diem aja dan mencoba tidur walaupun terus kebayang-bayang dengan apa yang udah gua lihat selama disana,” tutur Dewi.

Selanjutnya, kejadian kelima atau yang terakhir terjadi di gunung Latimojong adalah ketika waktu maghrib kita memutuskan untuk istirahat biar besok bangun pagi sudah fit kembali. Lalu semua masuk tenda masing-masing dan dia pun tertidur pulas sampai tengah malam terbangun.“Pas tengah mlm gua kebangun karena kaki gua ke senggol teman gua yang dari luar masuk ke tenda, dan gua nanya sm dia ‘udah jam berapa sekarang’ dan tanpa noleh ke gua dan posisi dia udah kerudungan SB sambil ngebelakangin gua dia jawab dengan kasar (padahal dia gak pernah ngomong kasar ke gua), dia jawab udah gak usah nanya-nanya jam, tidur aja,” terangnya.Akhirnya dia pun memutuskan tidur kembali karena masih gelap, kendati sulit tidur karena gelisah dan kebangun-bangun terus hingga akhirnya alarm berbunyi. 

“Nah pas besok paginya kita ngobrol sepanjang trek turun ke basecamp dan gua nanya lagi semalam yang lo dari luar itu jam berapa sih, kan gua nanya jam tapi lo nyuruh gw tidur lagi,” tambah dia.“Dan teman gua dengan muka bingung langsung jawab ‘gw gak keluar tenda sama sekali dari sore, pas abis ngobrol sama lo tidur gua juga tidur’ gw sama dia lihat-lihat dan ahhhhhh DAMN! Berarti gua semalam tidur sama?,” ucap Dewi.Dia pun menyarankan agar tetap hati-hati ketika mendaki terutama bagi wanita yang sedang datang bulan atau haid.